Selasa, 16 Agustus 2022

HOBYKU, NYANGKUT DISINI...

 

Beberapa pekan di bulan juli ini rasanya benar-benar menguras energy saya. Tidak jauh berbeda kegiatan di beberapa bulan sebelumnya. Biasalah, selain urusan emak-emak, apalagi kalau bukan ngurusin rumah tangga dan anak-anak. Apalagi bulan juli ini adalah tahun ajaran baru. Pastinya banyak emak-emak yang mengalami hal yang saya alami. Apalagi saya memiliki seorang anak kecil yang tahun ini sudah memasuki usia sekolah.

Selain itu adalah beberapa urusan lain diluar urusan rumah tangga. (yang pastinya urusan organisasi ala emak-emak yaa mak, bukan urusan rumah tangga orang lain heehee…).

Dan karena kesibukan yang padat akhir-akhir ini, rasanya saya butuh healing,, istilah orang-orang milenial kini sih begitu. Maunya saya sih healing out door begitu… tapi rencana pengeluaran sudah ada di list, dan saldo tidak memungkinkan untuk healing outdoor. Jadi yaa saya healing indoor saja deh kayaknya.

Apa saja sih sebenarnya healing Indoor  menurut kalian emak-emak hebat?

Kalau menurut saya. Healing indoor, yang bias kita lakukan yaitu : menonton drakor, facial dan luluran mandiri, rebahan, membaca, ataupun menulis.

Tapi kegiatan menulis bagi beberapa orang tertentu, mungkin bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Lalu bagi saya sendiri? Apakah menulis itu hal yang menyenangkan? Bagaimana bisa menulis itu menjadi hal yang menyenangkan?

Awalnya dimasa kecil kami dulu, saya dan teman-teman masa kecil suka berbagi menulis mengisi buku diary.  Seperti sebuah biodata, yang dilanjutkan dengan curhatan-curhatan. Yang hidup ditahun 80 -90 an pasti tahu rasanya.

Terus, lanjut ke masa SMP, buku diary saya isi dengan puisi dan sajak-sajak. Apalagi waktu SMP kala itu kan sedang masa puberty. Jadilah sekumpulan puisi-puisi saya yang berisi curahatan hati saya kala itu. Heehee… andai bisa dijadikan sebuah buku yaa mungkin sudah bisa jadi sebuah antologi puisi kali yaa mak.

Nah, lanjut dimasa SMA, saya mulai mengembangkan potensi menulis saya. Tentunya saya tidak sendiri. Saya dibantu oleh Guru Sosiologi saya yang juga suka menulis. Beliaulah yang lebih duluan mengetahui potensi menulis saya, dibandingkan saya sendiri.

Kala itu saya tidak menganggap menulis adalah sebuah potensi. Dan sampai sekarang pun saya tidak mengganggap menulis itu sebuah bakat. Melainkan sebuah kebiasaan positif yang bias saja menghasilkan.

Lanjut cerita menulis dimasa SMA dulu. Waktu itu saya belajar menulis mengisi mading OSIS.  Terkadang saya mengisi rubric opini, dan beberapa artikel. Juga menulis beberapa cerpen. Tapi yang paling sering itu yaa menulis puisi. Lagi-lagi puisi. Kenapa harus puisi sih? Karena saya lebih senang mengekspresikan perasaan saya lewat puisi. Karena saya orangnya pemalu.  Tapi bukan berarti saya kuper alias kurang pergaulan. Saya punya teman banyak koq. Hanya saja saya tidak terbiasa mengutarakan hal-hal sepele pada orang lain. Dalam pergaulan dengan teman-teman, saya lebih sering menjadi pendengar. Mungkin karena saya lebih sering mendengarkan kali yaa jadi saya punya banyak teman.

Masih tentang menulis dimasa SMA saya,  saya mencoba mengikuti lomba menulis yang diadakan sekolah kami setiap menjelang perayaan HUT PT SEMEN TONASA. Karena sekolah kami adalah Sekolah Yayasan milik perusahaan tempat orang tua kami bekerja.

Di waktu yang berdekatan waktu itu, saya mengikuti lomba menulis dam deklamasi puisi dalam rangka menyambut Hari Pahlawan yang diadakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Pangkep.

Sewaktu pengumuman lomba menulis yang diadakan sekolah seminggu sebelumnya, saya mendapatkan Juara 1 kala itu. Meskipun hanya di tingkat sekolah, mendapatkan juara itu rasanya saya senang sekali. Soalnya saingan saya dilomba itu adalah senior saya yang paling pandai.  Waktu tulisan saya dipajang, saya sempat mendengar langsung ucapan senior saya tersebut memuji keberanian saya menuliskan opini saya mengenai hal yang menurut kami waktu itu adalah masalah sensitive tentang sekolah kami.

Lanjut ke pengumuman lomba dihari itu, setelah guru kami mengumumkan juara lomba tersebut,  disaat yang bersamaan guru saya mendapatkan kabar dari dinas sosial yang mengadakan lomba puisi kala itu, bahwa saya mendapatkan juara 1 lomba menulis dan deklamasi puisi tersebut.

Surprise banget rasanya. Nilai hadiahnya mungkin tidak seberapa. Tapi makna dari kemenangan tersebut lah yang membuatnya special bagi saya. Rasamya seperti ketiban rejeki nomplok. Heeheee…

Setelah melewati masa sekolah, kegiatan menulis tidak lagi intens saya lakukan. Tapi saya masih menulis beberapa puisi kehidupan. Mungkin passion saya memang di penulisan puisi kali yaa. Sempat juga beberapa kali saya mencoba menulis cerpen dan mengirimkan ke beberapa media, tapi alhasil tak satu pun diterima. Heehee…

Ada beberapa teman yang bertanya apakah pernah saya merasa kecewa karena tulisan saya tidak diterima? Sekalipun saya tidak pernah merasa kecewa karena bagi saya, menulis adalah cara kita bertutur kata, yang pasti ada yang suka dan ada yang kurang suka. Begitu pun mengirim tulisan ke media, mungkin saja naskah yang kita kirim belum dapat chemistry dengan tim redaksinya, heeheee…

Sampai akhirnya saya menuangkan tulisan saya di web blog pribadi saja. Bagi saya tidak harus melulu soal tulisan harus menghasilkan uang. Kalaupun tulisan kita bias menghasilkan uang, anggap saja itu adalah bonus. Bagi saya, tulisan saya mendapat apresiasi dari pembaca saja saya sudah sangat senang. Seperti saat saya mengirim naskah cerpen ke media lalu mendapat email balasan kalau tulisan saya tidak dimuat oleh media tersebut. Nah surat balasan dari media tersebut sudah saya anggap sebuah apresiasi yang berarti tulisan saya sudah dibaca oleh tim redaksi. Kalau pun tulisan saya belum bisa dimuat berarti kemungkinan banyak naskah tulisan yang lebih baik dari saya.

Nah kalau menulis di web blog kan, terserah respon dari pembaca. Kalau suka yaa  silahkan lanjut membaca atau kalau sempat memberi komentar sedikit di bawah tulisan. Bagi teman-teman yang suka menulis, mungkin saya tidak bisa memberi tips bagaimana tulisan kita diterima oleh media, karena saya sendiri pun masih terus belajar bagaimana sih menulis yang baik dan disukai oleh pembaca. Saya hanya bisa memberi semangat agar selalu menulis. Dan kalau bias bergabunglah dengan komunitas menulis. Selain bias mendapatkan ilmu tentang kepenulisan, juga bisa saling menjaga semangat menulis, karena hal inilah yang selalu saya alami. Karena terkadang beberapa waktu kita akan kehilangan semangat menulis tersebut, apalagi disaat kita berhadapan persoalan kehidupan yang harus segera diselesaikan.

Nah salah satu komunitas menulis yang saya rekomendasikan adalah grup IIDN a.k.a. Ibu- Ibu Doyan Nulis. Saya gabung di grup tersebut, karena mayoritas anggotanya emak-emak kayak saya. Mungkin hanya beda di profesi masing-masing saja. Tapi pastinya memiliki persoalan yang hamper sama, yaitu persoalan emak-emak, heehee…

Nah bagusnya di grup ini, sangat sering saya rasakan adalah mendapat tips kehidupan, nasehat-nasehat positif dari beberapa teman dalam grup ini. Disinilah saya merasakan bahwa benar kata orang-orang, “ orang baik akan dipertemukan dengan orang-orang yang baik pula”. Jangan salah, mendapatkan teman yang se-frekuensi di dalam grup komunitas juga adalah bonus loh mak. Bonus kehidupan, heehee…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar