Mungkin tidak banyak yang tahu kalau tanggal 29 Juni
diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Dimana tahun ini
memasuki tahun ke-29. Saya sendiri pun baru tahu tentang HARGANAS nanti setelah
saya menjadi kader Sub PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa).
Mengapa "Stunting"?
Pada tahun ini BKKBN mengangkat issue “Stunting”. Mengapa “ Stunting”? Pertanyaan itu pun turut melintas di benak saya. Stuntingtelah lama menjadi isu prioritas nasional, setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO)menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk. Penetapan ini didasarkan pada fakta kasus stunting di Indonesia melebihi batas toleransi yang ditetapkan WHO, yakni seperlima dari jumlah keseluruhan balita (sekitar 20 persen). Bahkan setelah terjadi penurunan hingga tujuh persen, jumlah balita stunting di Indonesia masih berada pada angka 30,7 persen. Terlebih pada tahun 2020 lalu Negara kita lagi asiknya menikmati bonus demografi, Tak pelak lagi hal ini seperti menjadi tamparan bagi Negara kita. Karena itu upaya Percepatan Penurunan Stunting merupakan amanat Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dimana BKKBN ditunjuk sebagai Koordinator dalam Percepatan penurunan Stunting.
Data Stunting di Indonesia |
Tahun 2021 angka Prevalensi Stunting di Sulawesi Selatan masih cukup tinggi, masih berada pada angka 27,4 persen dan ditarget turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Penurunan stunting dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi dengan melibatkan berbagai pihak lintas sektor dari pusat hingga ketingkat desa dan kelurahan. Oleh karena itu pula BKKBN telah menerbitkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) menggunakan pendekatan keluarga serta melibatkan multipihak dan multisektor mulai di tingkat pusat, provinsi, kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan desa hingga pemangku kepentingan lainnya” ungkap Andi Rita.
Upaya
Percepatan Penurunan Stunting dilakukan dalam rangka mewujudkan sumber daya
manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif, guna mendukung pencapaian
tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan Indonesia Emas 2024.
Apa itu Stunting?
Awal
mendengar “Stunting” pemikiran saya langsung terkoneksi dengan kata “Stunt
men”… padahal bukan itu dan sama sekali tidak ada hubungannya yaa…
Kenali Penyebab Stunting |
Stunting disebabkan
karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, terutama pada 1.000 hari pertama
kehidupan, (Golden Age) . Kondisi ini lalu menjadi
masalah gizi kronis yang memicu anak memiliki tinggi badan di bawah angka
normal alias kerdil dan kemungkinan besar menyebabkan gangguan tumbuh
kembang yang lainnya. Balita pengidap stunting memiliki tinggi badan lebih
rendah atau pendek (kerdil) dibandingkan teman seusianya. Kondisi ini bukan
saja menurunkan rasa percaya diri, tapi juga memengaruhi kualitas hidup balita
hingga di masa yang akan mendatang.
Kenali Stunting lebih dini |
Faktor keturunan (genetik) sering dianggap sebagai penyebab
stunting sehingga banyak orangtua menerima dan tidak berbuat apapun sebagai
bentuk pencegahan. Padahal,faktor stunting lainnya multidimensi yaitu lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Terkait
faktor lainnya seperti pola asuh anak yang kurang baik terutama kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan, serta pasca melahirkan. Karena itu pentingnya edukasi bagi ibu hamil
dan juga remaja calon pengantin. Dengan kata
lain, stunting merupakan masalah yang bisa dicegah.
Upaya
percepatan penurunan Stunting dilakukan melalui pendekatan keluarga dengan membidik
4 kelompok sasaran yaitu remaja sebagai calon pengantin harus disiapkan sejak
dini terkait gizi dan kesehatannya, kedua Ibu Hamil melalui pemeriksaan
kesehatan secara teratur dan pemenuhan gizi selama masa kehamilan, ibu pasca
persalinan dengan pemberian ASI Ekslusif kepada anak dan pengaturan kelahiran
yang sehat dengan alat kontrasepsi, keempat Baduta (usia 0-23 bulan) dengan
memberikan asupan gizi yang seimbang dan pola asuh yang baik.
Ciri-ciri
bayi yang memiliki resiko mengidap stunting yaitu bayi yang memiliki berat
lahir dibawah 2,5 kg, menurut pemaparan Atika Anwar selaku PLKB Panakkukang
untuk wilayah kerja Kel.Tello Baru ditengah sosialisasi khusus untuk kader
Pendamping Stunting. Saya yang sangat antusias pun bertanya, “ lalu bagaimana
kalau kita mendapati kelahiran bayi dengan berat badan seperti itu?” Solusi
tersigap yaitu dengan memberi asupan gizi terbaik buat bayi hingga usia 2 tahun.
Saya
jadi teringat saat mengalami morning
sickness pada kehamilan anak kedua saya. Waktu itu bawaannya saya tidak mau makan. Dan saya
membiarkan hal ini berlarut-larut. Terlambat saya ketahui bahwa hal semacam ini
tidak boleh dibiarkan berlama-lama buat ibu hamil. Pola piker seperti inilah
yang harus menjadi perhatian kita
sebagai bentuk langkah awal keseriusan kita mencegah anak lahir stunting yang
dimulai ibu itu sendiri. Maka dari itu perlunya memberi edukasi bagi ibu hamil
pemula.
Tidak
banyak yang tahu bahwa mencegah stunting itu harus dimulai sejak 1000 hari
pertama kehidupan. 1000 hari pertama kehidupanyang dimaksud itu bukan dimulai sejak si Bayi lahir, tetapi
dimulai sejak kehadiran si Bayi di rahim si Ibu. Penting
untuk memastikan Si Kecil mendapatkan kebutuhan dasar, termasuk nutrisi, kasih
sayang, dan stimulasi. Dicatat yaa ibu-ibu…
Lalu jangan dipikir stunting hanya menganggu pertumbuhan anak
saja. Ada hasil lain dari stunting yang
tidak kalah pentingnya sehingga mengapa stunting ini harus menjadi perhatian
khusus buat kita semua. Yaitu stunting bisa memicu
masalah lainnya. Masalah yang muncul yaitu, sistem imun yang rendah dan
mengakibatkan anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan
fungsi kognitif. Bahkan, masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan
kematian pada bayi dan anak. Stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak dan IQ anak. Dalam
jangka panjang, stunting juga bisa memicu terjadinya penyakit berbahaya. Risiko
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dan
jantung koroner meningkat
Bagaimana Mencegah Stunting?
Untuk
menekan angka Stunting harus dimulai dari dari hulu yaitu pada fase remaja. Saat
ini BKKBN telah mengembangkan Aplikasi Elsimil atau Elektronik Siap Nikah dan
Hamil, dimana Aplikasi ini dirancang khusus untuk menyasar calon pengantin, ibu
hamil dan yang telah melahirkan, Aplikasi ini berfungsi sebagai alat pemantau
kesehatan dan edukasi seputar kesiapan nikah dan program hamil.
Cara mencegah Stunting lebih dini |
Untuk memperkenalkan aplikasi ini kepada sasaran, makanya dibutuhkan sosialisasi kepada kader Pendamping Keluarga lebih dulu yang selanjutnya akan turun memberi edukasi kepada masyarakat yang menjadi sasasran agar lebih efektif. Semua calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah harus melakukan pemeriksaan kesehatan dan akan dipantau melalui aplikasi Elsimil oleh Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader PKK dan Penyuluh KB. Jadi ketiga orang inilah yang akan turun menyentuh warga yang telah menjadi sasaran yang sebelumnya telah didata untuk memperkenalkan aplikasi Elisimil ini. Jadi calon pengantin pun sebaiknya mendownload aplikasi, lalu membuat akun, untuk melindungi keamanan dan kenyamanan pengguna aplikasi ini.
Semoga pada tahun-tahun kedepannya angka stunting di Indonesia bisa ditekan sehingga pada tahun 2024 nanti Indonesia bisa benar-benar menikmati bonus demografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar