Minggu, 21 Februari 2021

SELAIN MEMBIASAKAN HIDUP BERSIH, COVID 19 PUN MELATIH KESABARAN

                 Hampir genap setahun sudah lamanya pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tepatnya 1 tahun lebih 2 bulan melanda dunia. Virus Covid-19 yang awal penyebarannya dari wilayah Wuhan, China ini, masih terus menggandakan jenisnya. Dan hingga hari ini virus ini masih juga belum bisa dikendalikan perkembangannya oleh manusia. Meskipun vaksinnya telah ditemukan.

               Virus Covid-19 adalah jenis baru dari virus Corona,seperti halnya virus SARS. Dari segi ke-ekstrim-an, virus ini bukanlah yang paling mematikan. Tetapi pada kenyataannya jumlah kematian di dunia meningkat saat ini.

            Dan alhasil, Covid-19, menjadi momok yang menakutkan seantero dunia. Lalu apa setakut itukah warga masyarakat di sekitar kita dengan wabah yang setahun ini menjadi fenomenal? Jawabannya ternyata tidak. Haa...haaa… karena masyarakat kita lebih takut miskin daripada takut sama si Coronces biang kerok ini.

              Faktanya memang banyak seperti itu termasuk saya. Meskipun virus ini bukanlah yang paling mematikan tetapi memberi dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek.  Terutama di aspek ekonomi. Hal inilah yang paling saya rasakan. Pengalaman saat Pandemi COVID-19, faktanya telah memporak-porandakan ekonomi dunia. Ekonomi dunia saja dibuatnya porak poranda yaa, apalagi perekonomian keluarga saya.

          

 Waktu awal-awal si Coronces ini berulah, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan pembatasan jarak, pembatasan aktivitas di luar rumah, dan pembatasan anggaran , mau tak mau, perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjanya. Anggaran pembangunan pun dialihkan kepada penanganan Covid-19 ini.

         Kami (saya dan suami) bukanlah PNS atau pegawai swasta, yang mengandalkan pendapatan dari gaji. Kami wirausaha, yang mengandalkan pendapatan dari orderan klien kami. Akan tetapi karena ulah si Coronces ini, kami pun ikut terciprat dampaknya secara khusus, begitu pula perekonomian dunia. Berita-berita yang saya tonton di TV, betapa banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang gulung tikar karena ulah si Coronces, apalagi saya. Hampir 3 bulan kami sama sekali tidak mendapat pemasukan, Sejak awal Korona menyebar di Negara ini.

                Saldo tabungan kami pun menipis hingga menyisakan nominal 100k saja, alias 100 ribu. Disetiap malam selama di masa awal pandemi, mata saya menjadi sembab, karena memikirkan bagaimana keluarga kami akan bertahan di tengah pandemi sembari berurai air mata. Mungkin saya yang terlalu lebay menghadapi hidup, tapi saya rasa mayoritas ibu yang menghadapi persoalan ini, pasti akan sedih seperti saya.

              Saya tahu bukan hanya saya saja  yang mengalami masalah  ini. Makanya saya dan pak suami saling menguatkan. Kami selalu berdo’a, agar Tuhan memberi kami kekuatan hati menghadapi pandemi ini.

               Saat saldo tabungan kami menipis, sejenak urusan perut pun tertolong dengan  turunnya bantuan sosial dari pemerintah berupa sembako. Yaa sangat lumayanlah, kami bisa bertahan selama seminggu lebih dengan sembako tersebut.

               Kamipun sangat terbantu dengan adanya keringanan dari pihak per-bank-an tentang kredit cicilan rumah kami. Selain itu, uang kuliah anak sulung kami pun terbantu dengan diberikannya keringanan oleh pihak kampusnya, dengan melampirkan Surat Keterangan Usaha Berdampak Covid. Tuhan Maha Tahu, dan Tuhan Maha Pemurah. Covid-19 ini benar-benar ujian bagi kita semua. Dan Tuhan tidak kan memberikan ujian yang melampaui kekuatan  hamba-Nya.

            Kembali lagi ke soal saldo kas keuangan kami yang menipis. Dan mengingat pandemi ini pun belum berlalu padahal sudah hampir setahun. beberapa masalah keuangan kami memang sudah teratasi, akan tetapi masalah tidak adanya pemasukan pendapatan, membuat kami hampir berputus asa, ditambah bantuan sembako dari pemerintah sudah habis,. Akhirnya kami meminta bantuan pinjaman duit dari kolega kami. Sebenarnya kami sangat malu. Tapi apa hendak dikata, daripada mencuri atau menipu orang, toh kami meminjam karena kami benar-benar tak punya duit sama sekali saat itu.

           Beberapa bulan setelah meminjam duit dari kolega, tepatnya di bulan juli, duit pinjaman tersebut mulai menipis bilangannya. Kami kembali dibuat pusing ulah si Coronces, A.K.A Covid-19. Tetapi, lagi-lagi Tuhan memberikan jalan-Nya. Saat itu ada lowongan untuk menjadi PPDP ( Petugas Pemutakhiran Data Pemilih) untuk Pilkada pemilihan Walikota Makassar. Masa kerjanya hanya satu bulan. Yaa, saya terima dong tawaran itu, mengingat kegiatan saya selama ini selain ibu rumah tangga, saya juga sebagai Kader KB alias Sub PPKBD ( Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa). saya sudah terbiasa mendata banyaknya Pasangan Usia Subur di wilayah lingkungan saya. Jadi pengalaman tersebut  akan mempermudah saya dalam mendata nantinya karena saya sudah mengenal banyak warga di lingkungan saya. Inilah yang membuat saya menerima tawaran tersebut. Tambahan lagi, PPDP menjadi syarat mutlak  menjadi Anggota KPPS ( Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara),  selanjutnya setelah masa pendataan selesai.

            Honor yang saya terima mungkin tidak seberapa dibanding dengan gaji teman-teman lain yang bekerja sebagai PNS. Tapi buat saya dan keluarga saya, itu sangat besar dan sangat berarti.

             Berhubung, masa-masa ini adalah masa-masa yang tidak biasa, karena pandemi. Kami mendata pun wajib mengenakan APD( Alat Pelindung Diri) tapi gak sampai pakai baju hazmat segala sih. Kami dibekali dengan masker, face shield, Hand sanitizer dan sarung tangan lateks (tapi gak kepake sih, karena membuat kami kurang nyaman saat menulis dan membuka lapisan stiker  penanda dari KPU). Dan pada akhirnya Hand Sanitizer lah yang paling sering kami gunakan.


Protokol kesehatan PPDP 2020
Protokol Kesehatan PPDP


               Banyak kejadian menggelikan yang saya alami saat bertugas sebagai PPDP. Mulai dari cerita ringan para warga sekitar, keluhan warga tentang dampak Covid 19 yang ternyata bukan saya saja yang mengalaminya, eh,, sampai curhat pribadi pun tak bisa saya elakkan. Saya sampai bingung juga, saya ini petugas pendata? Atau Mamah Dedeh yaa… heehee… .

               Akan tetapi, bukan berarti tidak ada masalah sama sekali saat pemutakhiran data tersebut. Masalahnya ternyata ada warga di lingkungan tempat tinggal saya, yang meninggal karena Covid-19. Mereka sekeluarga yang terpapar virus tersebut mengisolasi mandiri keluarga mereka. Sebenarnya ada aturan dari KPU karena keadaan yang tidak biasa ini, kami tidak perlu mendata mereka yang positif Covid hingga 10 blok rumah dari  rumah tersebut. Tapi saya baru tahu tentang aturan itu, setelah saya mendata rumah disebelahnya. Sewaktu bisik-bisik tetangga tentang rumor si Fulan kena Covid itu, saya sudah was-was, jadi saya hanya mendata rumah sebelahnya, karena belum mengetahui aturan tersebut. Saya pun khawatir, saat mendengar kabar kalau tetangga sebelah rumah si Fulan yang pernah saya data itu telah di karantina di Hotel Covid. Dalam keadaan khawatir, keluarga saya selalu menenangkan perasaan saya.selama kita tetap melaksanakan protocol kesehatan, Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. 


Pilkada Pilwali Makassar 2020
KPPS TPS 19 Kel. Tello Baru dengan Protokol kesehatan


               Syukur Alhamdulillah, setelah tugas saya sebagai PPDP dan KPPS selesai, saya diberikan kesehatan begitu pun dengan seisi anggota dalam rumah kami pun tetap sehat. Selain itu pun saya mendapatkan honor dengan menjalankan tugas tersebut. Mission Complete. Kami bisa memenuhi kebutuhan pangan kami walau tak banyak setidaknya dengan honor yang saya terima tersebut kami bisa bertahan seminggu – 2 minggu, menunggu kondisi usaha suami saya membaik. Dan benar saja, setelah beberapa minggu kemudian, orderan usaha suami saya pun mulai kembali.

                 Hingga hari ini Covid 19 masih belum bisa dikendalikan meskipun Vaksin COVID -19  telah ditemukan. Karena semuanya membutuhkan proses. Termasuk proses pengenalan vaksin tersebut kepada masyarakat kita. Yaa gak seru lah kalau sesuatu hal yang baru tapi tanpa kontraversi. Heehee…. Harus ribut-ribut dulu lah biar seru dan selanjutnya damai…. , heehee… .

               Salah satu hal penyebabnya karena vaksin-vaksin ini didatangkan dari luar negeri. Jadi jumlahnya pun masih terbatas. Dan pemberian vaksin ini masih terbatas untuk kalangan petugas media dan pekerja publik. Kedatangan vaksin-vaksin selanjutnya akan bertahap. Selain itu, yang akan divaksinasi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berhubungan dengan kondisi calon penerima vaksin.

               Sebagai masyarakat, pastinya sangat berharap keadaan bisa pulih kembali seperti semula. Anak-anak bisa kembali sekolah bertatap muka, dan kami para orang tua bisa mencari nafkah dengan rasa aman dan nyaman, tanpa masker. Ehh… tapi karena keadaan yang tidak biasa ini akhirnya bisa juga kok menjadi biasa, karena dibisa dan dibiasakan. Karena sekarang, saya pribadi sudah nyaman memakai masker. Yaa… untuk keadaan new normal ini, tetap menggunakan masker yaa pak.. bu…  jangan lupa tetap dengan menjalankan protokol kesehatan yaa…

 

Prokes COVID-19
Protokol  Kesehatan Covid-19


“Tulisan ini diikutkan dalam #TantanganBlogAM2021”


 

 

              

              

              

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar