Sampai saat ini, persoalan sampah
masih menjadi isu-isu penting untuk dicari solusinya. Masalah persampahan itu
sendiri bukan hanya disekitar permukiman perkotaan yang mengalaminya, bahkan pemukiman
diluar kota pun sampah pun menjadi masalah.
Dan pada tahun 2008, Indonesia mulai
merintis Bank Sampah di kota-kota besar. Makassar sendiri perlahan bergerak
memperkenalkan Bank Sampah pada bulan empat tahun 2012 melalui Program Makassar
Green & Clean dibawah arahan Yayasan Peduli Negeri. Mereka dilatih dan dan diajarkan bagaimana membentuk
kordinasi di wilayah dan mekanisme bank sampah, selain itu mereka juga dibekali
proses pengelolaan sampah berbasis masyarakat yakni dalam mengolah sampah basah
dengan menggunakan keranjang sakti takakura dan komposter aerob.
Akan
tetapi, program tersebut hanya jalan ditempat ditahun selanjutnya. Mengapa
demikian? Menurut penjelasan Andi Nurdianza sebagai Manajer Yayasan Peduli
Negeri, masyarakat melakukan itu hanya karena kepentingan tertentu untuk
memenangkan lomba saja. Bukan karena didasari oleh kesadaran lingkungan.
Oleh
karena itu PLN UIKL SULAWESI UPDK TELLO mengadakan “Pelatihan &Benchmark
Bank Sampah” pada hari selasa tanggal 29 oktober 2019 di PLTU TELLO. (Benchmark
sendiri adalah teknik pengetesan dengan standar nilai tertentu untuk dijadikan
bahan perbandingan, demi meningkatkan kualitas, Wikipedia).
Kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kembali kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, juga membangkitkan kembali geliat gerak bank sampah.
Mengapa
kegiatan ini sangat menjadi harapan? Tentu saja ini adalah harapan kita demi
keberlangsungan lingkungan yang sehat untuk kita wariskan kepada anak cucu
kita. Masih ingat kan dengan kejadian terbakarnya TPA Antang, satu-satunya
tempat pembuangan akhir untuk warga kota Makassar. Kejadian tersebut sempat
membuat kepanikan karena asapnya yang mengancung racun. Bukan hanya itu
kekhawatiran kita. Sampah plastic yang proses urainya itu membutuhkan waktu
yang sangat lama, akan menumpuk. Uraian tambahan dari pak Andi Nurdianza yang
akrab disapa dengan nama Anca.
Setelah
berbagai pemaparan pak anca tentang sampah dan pengolahannya. Kami para peserta
diajak bertandang ke Bank Sampah Pusat. Disitu kami disambut oleh Pak Nasrun,
SE sebagai Kepala pengelola Bank Sampah Pusat. Beliau menyampaikan, bahwa
jangan memandang enteng apa yang kita anggap tak berarti.
Dulu
saya berpikir Bank sampah itu hanyalah sia-sia, ternyata benar loh sampah itu
menjadi berkah dan menjadi sumber pendapatan daerah pula. Pak Nasrun sendiri
telah mendapatkan penghargaan bintang jasa oleh pemerintah atas baktinya akan
kepeduliannyakepada lingkungan.
Setelah
itu kami diajak berkunjung ke Yayasan Peduli Negeri. Bagian akhir dari rangkaian acara itu. Disitu kami diarakan
mengelola sampah organic menjadi pupuk kompos dengan mengguanakan bantuan lalat
Magot. Agak ngeri-ngeri sedap mak kalau lihat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar